Dian harus pergi ke Jakarta. Pindahan rumah bersama keluarganya. Dan meninggalkan semua suka duka bersama teman-temannya, sahabatnya, dan juga cinta pertamanya, Panji, yang telah 3 tahun dicintainya, tetapi cinta Dian bertepuk sebelah tangan.
Kupandang bangunan tiga lantai yang menjulang tinggi di depanku. Disampingnya juga terdapat bangunan dengan tingkat 4 lantai. Sekitarnya dihiasi dengan jejeran pohon palem. Banyak anak sedang berdiri dilapangan. Menanti sebuah komando dari seorang atasan.
Senin pagi ini dandananku acak-acakan. Rambut dikuncir-kuncir pake pita yang wanra-warni. Berangkat kesekolah yang baru ini membuatku jadi mirip kaya orang gila. Kulirik penampilanku yang tak jauh beda dengan anak-anak itu. Belum sempat ku melangkah, sebuah pukulan ringan mampir di pundakku.
“Cepat berbaris”, kata seorang gadis berpenampilan seragam putih abu-abu.
Rambutnya panjang dikuncir kaya buntut kuda. Poninya terurai menutupi sebelah matanya. Aku masih terbuai dengan kecantikannya. Diam seolah tak menghiraukan perintahnya. Tapi tiba-tiba raut wajah yang cantik itu berubah. Matanya melotot, dan bibirnya berkata lantang, “Heh...! Denger gak sih! Baris...!!”
Aku langsung berlari menghampiri para barisan anak-anak bernasib sama denganku. Semua diam dan mendengarkan sang Kepala Kepsek berceloteh tanpa menghiraukan semua anak buah barunya tersebut kepanasan ditengah terik matahari pagi.
Fuih... cape banget MOS hari ini. Tapi rasa lelah kuhempaskan. Ku berfikir... inilah kehidupan baruku, disekolah inilah ku kan mendapatkan teman-teman yang baru, dan mungkin pacar baru. Hehehe ^^P
Hari demi hari kulalui, dan satu demi satu teman telah kudapati.
“Yan, loe liat deh cowo yang satu itu, kayanya oke deh”. Canda Farida.
Kutatap dengan cermat cowo yang duduk di kursi paling depan pojok itu. Pakaiannya cukup rapi, tapi rambutnya acak-acakan. Jidatnya jenong, ada tai lalatnya lagi yang tepat menonjol ditengah jidatnya. Namun cukup manis dibanding cowo-cowo yang lain. “Kayanya gue baru liat deh.”
“Ya... iya lah, dia kayanya baru masuk, sambung Farida dengan tatapan tidak lepas dari cowo tersebut.
“Kenapa... naksir ya...?”, ledekku iseng.
Farida cuman cengar-cengir sendiri mendengar tebakanku. Wah... jadi bener nih...
“Duluan Im...!”, pinta Dian menyuruh Bhoim masuk duluan ke kelas saat terlambat datang kesekolah.
“Ah... Loe ajah duluan, kan loe cewe!”. Bhoim balik meminta.
“Ahh... Gue takut Im...!”. Mohon Dian dengan manja dan ngambek.
Tapi akhirnya, aku juga yang masuk duluan, setelah cape bermenit-menit debat dengan Bhoim.
Semua anak langsung pada nyorakin, “Woo... Wuu...”
Emang sih akhir-akhir ini Dian jadi sering terlambat. Kalo Bhoim mah emang udah pentolannya terlambat melulu. Malahan kita jadi digosipin jadian gara-gara sering terlambat bareng. Tapi sebenernya kita nggak ada apa-apa kok. Cuman temen... Sumpe duech...!!!
Kenapa sih ya... aku jadi suka terlambat. Malah Dian jadi dijulukin Mrs. Telat gara-gara hampir tiap hari terlambat datang ke sekolah. Kayanya Dian jadi ketagihan dengan sikap malasnya ini. Apa emang Dian benar-benar malas atau ada hal lain yang memaksa Dian untuk melakukan hal itu.
Dian naksir Bhoim ! Itulah alasanku, supaya bisa berangkat kesekolah bareng Bhoim melulu. Sikap Bhoim yang humorislah yang membayangi suara hati Dian.
Sepertinya kesukaanku pada Bhoim makin memuncak tiap harinya. Tapi sayang, harapanku sama pupusnya seperti harapan Farida. Bhoim tidak memberikan balasan cinta kepada Dian. Tetapi berbeda dengan Farida, Dian tetap bisa berteman dengan Bhoim. Karena rahasia hati Dian tidak tidak pernah terbongkar. Dan Bhoim pun tidak pernah tau Dian mencintainya. Atau mungkin... Bhoim tau, tapi pura-pura tidak tau akan perasaan Dian. Entahlah...
Kupandang bangunan tiga lantai yang menjulang tinggi di depanku. Disampingnya juga terdapat bangunan dengan tingkat 4 lantai. Sekitarnya dihiasi dengan jejeran pohon palem. Banyak anak sedang berdiri dilapangan. Menanti sebuah komando dari seorang atasan.
Senin pagi ini dandananku acak-acakan. Rambut dikuncir-kuncir pake pita yang wanra-warni. Berangkat kesekolah yang baru ini membuatku jadi mirip kaya orang gila. Kulirik penampilanku yang tak jauh beda dengan anak-anak itu. Belum sempat ku melangkah, sebuah pukulan ringan mampir di pundakku.
“Cepat berbaris”, kata seorang gadis berpenampilan seragam putih abu-abu.
Rambutnya panjang dikuncir kaya buntut kuda. Poninya terurai menutupi sebelah matanya. Aku masih terbuai dengan kecantikannya. Diam seolah tak menghiraukan perintahnya. Tapi tiba-tiba raut wajah yang cantik itu berubah. Matanya melotot, dan bibirnya berkata lantang, “Heh...! Denger gak sih! Baris...!!”
Aku langsung berlari menghampiri para barisan anak-anak bernasib sama denganku. Semua diam dan mendengarkan sang Kepala Kepsek berceloteh tanpa menghiraukan semua anak buah barunya tersebut kepanasan ditengah terik matahari pagi.
Fuih... cape banget MOS hari ini. Tapi rasa lelah kuhempaskan. Ku berfikir... inilah kehidupan baruku, disekolah inilah ku kan mendapatkan teman-teman yang baru, dan mungkin pacar baru. Hehehe ^^P
Hari demi hari kulalui, dan satu demi satu teman telah kudapati.
“Yan, loe liat deh cowo yang satu itu, kayanya oke deh”. Canda Farida.
Kutatap dengan cermat cowo yang duduk di kursi paling depan pojok itu. Pakaiannya cukup rapi, tapi rambutnya acak-acakan. Jidatnya jenong, ada tai lalatnya lagi yang tepat menonjol ditengah jidatnya. Namun cukup manis dibanding cowo-cowo yang lain. “Kayanya gue baru liat deh.”
“Ya... iya lah, dia kayanya baru masuk, sambung Farida dengan tatapan tidak lepas dari cowo tersebut.
“Kenapa... naksir ya...?”, ledekku iseng.
Farida cuman cengar-cengir sendiri mendengar tebakanku. Wah... jadi bener nih...
* * * * * * *
“Duluan Im...!”, pinta Dian menyuruh Bhoim masuk duluan ke kelas saat terlambat datang kesekolah.
“Ah... Loe ajah duluan, kan loe cewe!”. Bhoim balik meminta.
“Ahh... Gue takut Im...!”. Mohon Dian dengan manja dan ngambek.
Tapi akhirnya, aku juga yang masuk duluan, setelah cape bermenit-menit debat dengan Bhoim.
Semua anak langsung pada nyorakin, “Woo... Wuu...”
Emang sih akhir-akhir ini Dian jadi sering terlambat. Kalo Bhoim mah emang udah pentolannya terlambat melulu. Malahan kita jadi digosipin jadian gara-gara sering terlambat bareng. Tapi sebenernya kita nggak ada apa-apa kok. Cuman temen... Sumpe duech...!!!
Kenapa sih ya... aku jadi suka terlambat. Malah Dian jadi dijulukin Mrs. Telat gara-gara hampir tiap hari terlambat datang ke sekolah. Kayanya Dian jadi ketagihan dengan sikap malasnya ini. Apa emang Dian benar-benar malas atau ada hal lain yang memaksa Dian untuk melakukan hal itu.
Dian naksir Bhoim ! Itulah alasanku, supaya bisa berangkat kesekolah bareng Bhoim melulu. Sikap Bhoim yang humorislah yang membayangi suara hati Dian.
Sepertinya kesukaanku pada Bhoim makin memuncak tiap harinya. Tapi sayang, harapanku sama pupusnya seperti harapan Farida. Bhoim tidak memberikan balasan cinta kepada Dian. Tetapi berbeda dengan Farida, Dian tetap bisa berteman dengan Bhoim. Karena rahasia hati Dian tidak tidak pernah terbongkar. Dan Bhoim pun tidak pernah tau Dian mencintainya. Atau mungkin... Bhoim tau, tapi pura-pura tidak tau akan perasaan Dian. Entahlah...
* * * * * * *
Sepenggalan cerpen itu menggambarkan awal kelas 1 SMA saat gw mulai jatuh cinta lagi. Yupz cinta ke-2 gw setelah Panji, namanya Rimson Adi Putra Siahaan, panggilannya Bhoim. Menurut gw anaknya supel, asik, rada gokil. Yeah pokoknya yang bagus2 deh, saat gw seneng ama dia dulu. Hahaha ^^D
Sumpah, jatuh cinta ama dia rada bikin gw error, jadi sering telat berangkat kesekolah. Gapapa, demi cinta, katanya cinta itu penuh pengorbanan. Hampir tiap hari gak boleh ikut pelajaran pertama. Trus dikasih hukuman dulu, entah itu suruh joging pagi sambil ngiterin lapangan basket `n volly (lumayanlah badan jadi sehat, hehe), kadang juga disuruh jadi pemulung sampah, mungutin sampah-sampah dah daun kering yang berceceran di lapangan (yawh itung2 amal deh bantuin tukang kebun), atau suruh hormatin bendera indonesia yang lagi berkibar di tiang listrik, eh tiang bendera lah, masa tiang listrik (yang ini rada bikin sebel, capeee). Eits, belom sampe situh perjuangan cinta gw, sebelum masuk kelas jidatnya kudu, wajib, harus, mesti di stempel "Yadika". Huex, dan gak boleh diapus sampe pulang sekolah.. Alamak, macam tahanan saja.. Hahaha ^^P
Cinta ituh berlanjut sampe gw kelas 2 SMA. Dan kebetulan kita 1 kelas lagi, hore hore hore (kayak dora), padahal sih emang semuanya sekelas lagi, temen2 kelas 1 gak di ubah sama sekali. Namun, rasa cinta itu mulai surut saat gw mengenal Rohiim.
Gw kenal Rohim, gara2 di comblangin ama temen Gw yang namanya Desi. Awalnya Gw bukan mau di comblangin sama Rahim. Desy sama Vina mau nyomblangin Gw sama Udin, adiknya Adil (mantan pacarnya Desi). Tapi waktu Gw dikerjain, katanya sih mau diajak jalan2 ke ITC cempaka Putih, eh tau2nya malah diajakin ke kostannya Udin di Kelapa Gading. Kurang ajar Loe semua.. XD. Dikostannya Udin, gw dikenalin sama Udin dan Rahim. Yawh awalnya ngobrol ngalor ngidul ajah.
Celaka dua belas (kenapa harus 12 yakz..? ahh bodo), ternyata malah skenario berubah. Si Udin malah naksirnya sama Vina. Haha (sukurin Loe Vin, makan tuh comblangan). Tapi, malah temennya Udin, si Rahim, yang naksir sama Gw.
Yeah, PDKT pun berlanjut, sampe akhirnya jadian. Namun emang dasar sial, baru 1 bulan jadian udah ditinggal pergi, hikz, hikz T_T dia harus pulang ke Lombok. Ups, Gw belom ceritain, sebenernya dia sama Udin orang Lombok, masih STM, dan saat itu lagi PKL di Astra Honda Motor Jakarta.
Lanjuuuuttt,, dia harus pulang ke Lombok, soalnya mau ujian nasional kelas 3. So, karena kita berdua masih di mabuk asmara, jadinya saling janji setia deh, (lebay...!!). Dia janji, kalo udah lulus nanti, Insya Alloh dia bakal balik ke Jakarta, itu juga kalo keterima ujian kerja di Astranya. Dan Gw juga janji, bakal nungguin dia. Dan perpisahan pun berlangsung di Bandara Soekarno-Hatta (untuk pertama kalinya Gw masuk bandara tuh, haha norak..!!)
Sebulan, dua bulan, lima bulan Gw bisa bertahan, yeah karena dia juga masih setia komunikasi ama Gw. Tapi, komunikasinya tipa2 hilang. Gw sms gak pernah di bales. Yeah, jangan salahkan Gw juga kalo gw kegaet cowo lain. Hehe ^^P
Kelas 3 SMA Gw jadian lagi sama seorang cowo, yang sejak kelas 1 padahal Gw anggap sebagai sahabat Gw. Waaah, sahabat kok jadi pacaran..?? (ahh,, udah biasa kaleee..). Namanya Arief Nugroho Yudhanto, biasa dipanggil Dascot (Bekicot lebih pantez kayaknya deh ^^P). Sejak Gw pacaran sama Dascot, justru Gw malah makin deket ajah sama Bhoim. Ehh, malah sekarang Bhoimlah sahabat Gw, (duh, jadi kebalik-balik gini sih ).
Rohim gak pernah balik ke Jakarta ampe sekarang pun, yeah tapi kadang2 Gw masih smsan ama dia sih (just a frienad ajahlah), cuman rada keki juga kalo udah diladenin smsnya, jadi terus2an sms, jadi males. Sedangkan perjalanan cinta Gw ama Dascot pun juga pupus ditengah jalan. Sayang juga rasanya, sahabatan 2 tahun, dijalin cinta, putus malah kayak musuh, gak ada komunikasi, yah tapi cuman saat beberapa bulan gw putus ama dia sih. Kalo sekarang paling cuman Facebookan ajah.. Hehehe ^^P
To be continued lagi deh.. Ntar kapan2 disambung lagi Perjalanan Cinta Si Orang Sinting pada sesi berikutnya, "sesi kuliahan". Hahaha (Mbah Surip bangeeet..!!)
Sumpah, jatuh cinta ama dia rada bikin gw error, jadi sering telat berangkat kesekolah. Gapapa, demi cinta, katanya cinta itu penuh pengorbanan. Hampir tiap hari gak boleh ikut pelajaran pertama. Trus dikasih hukuman dulu, entah itu suruh joging pagi sambil ngiterin lapangan basket `n volly (lumayanlah badan jadi sehat, hehe), kadang juga disuruh jadi pemulung sampah, mungutin sampah-sampah dah daun kering yang berceceran di lapangan (yawh itung2 amal deh bantuin tukang kebun), atau suruh hormatin bendera indonesia yang lagi berkibar di tiang listrik, eh tiang bendera lah, masa tiang listrik (yang ini rada bikin sebel, capeee). Eits, belom sampe situh perjuangan cinta gw, sebelum masuk kelas jidatnya kudu, wajib, harus, mesti di stempel "Yadika". Huex, dan gak boleh diapus sampe pulang sekolah.. Alamak, macam tahanan saja.. Hahaha ^^P
Cinta ituh berlanjut sampe gw kelas 2 SMA. Dan kebetulan kita 1 kelas lagi, hore hore hore (kayak dora), padahal sih emang semuanya sekelas lagi, temen2 kelas 1 gak di ubah sama sekali. Namun, rasa cinta itu mulai surut saat gw mengenal Rohiim.
Gw kenal Rohim, gara2 di comblangin ama temen Gw yang namanya Desi. Awalnya Gw bukan mau di comblangin sama Rahim. Desy sama Vina mau nyomblangin Gw sama Udin, adiknya Adil (mantan pacarnya Desi). Tapi waktu Gw dikerjain, katanya sih mau diajak jalan2 ke ITC cempaka Putih, eh tau2nya malah diajakin ke kostannya Udin di Kelapa Gading. Kurang ajar Loe semua.. XD. Dikostannya Udin, gw dikenalin sama Udin dan Rahim. Yawh awalnya ngobrol ngalor ngidul ajah.
Celaka dua belas (kenapa harus 12 yakz..? ahh bodo), ternyata malah skenario berubah. Si Udin malah naksirnya sama Vina. Haha (sukurin Loe Vin, makan tuh comblangan). Tapi, malah temennya Udin, si Rahim, yang naksir sama Gw.
Yeah, PDKT pun berlanjut, sampe akhirnya jadian. Namun emang dasar sial, baru 1 bulan jadian udah ditinggal pergi, hikz, hikz T_T dia harus pulang ke Lombok. Ups, Gw belom ceritain, sebenernya dia sama Udin orang Lombok, masih STM, dan saat itu lagi PKL di Astra Honda Motor Jakarta.
Lanjuuuuttt,, dia harus pulang ke Lombok, soalnya mau ujian nasional kelas 3. So, karena kita berdua masih di mabuk asmara, jadinya saling janji setia deh, (lebay...!!). Dia janji, kalo udah lulus nanti, Insya Alloh dia bakal balik ke Jakarta, itu juga kalo keterima ujian kerja di Astranya. Dan Gw juga janji, bakal nungguin dia. Dan perpisahan pun berlangsung di Bandara Soekarno-Hatta (untuk pertama kalinya Gw masuk bandara tuh, haha norak..!!)
Sebulan, dua bulan, lima bulan Gw bisa bertahan, yeah karena dia juga masih setia komunikasi ama Gw. Tapi, komunikasinya tipa2 hilang. Gw sms gak pernah di bales. Yeah, jangan salahkan Gw juga kalo gw kegaet cowo lain. Hehe ^^P
Kelas 3 SMA Gw jadian lagi sama seorang cowo, yang sejak kelas 1 padahal Gw anggap sebagai sahabat Gw. Waaah, sahabat kok jadi pacaran..?? (ahh,, udah biasa kaleee..). Namanya Arief Nugroho Yudhanto, biasa dipanggil Dascot (Bekicot lebih pantez kayaknya deh ^^P). Sejak Gw pacaran sama Dascot, justru Gw malah makin deket ajah sama Bhoim. Ehh, malah sekarang Bhoimlah sahabat Gw, (duh, jadi kebalik-balik gini sih ).
Rohim gak pernah balik ke Jakarta ampe sekarang pun, yeah tapi kadang2 Gw masih smsan ama dia sih (just a frienad ajahlah), cuman rada keki juga kalo udah diladenin smsnya, jadi terus2an sms, jadi males. Sedangkan perjalanan cinta Gw ama Dascot pun juga pupus ditengah jalan. Sayang juga rasanya, sahabatan 2 tahun, dijalin cinta, putus malah kayak musuh, gak ada komunikasi, yah tapi cuman saat beberapa bulan gw putus ama dia sih. Kalo sekarang paling cuman Facebookan ajah.. Hehehe ^^P
To be continued lagi deh.. Ntar kapan2 disambung lagi Perjalanan Cinta Si Orang Sinting pada sesi berikutnya, "sesi kuliahan". Hahaha (Mbah Surip bangeeet..!!)
0 comments:
Post a Comment